Makalah Kepemimpinan
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Kepemimpinan”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan di Universitas Negeri Makassar.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makassar, Maret 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Peran Kepemimpinan
B. Hakekat Pengambilan Keputusan
C. Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling
berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu
struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar
pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya
maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku,
dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini
disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah
kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980)
Upaya
membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan
personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan
manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung
pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya.
Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami
perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk
dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan
memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan
pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar
konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan
memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan
mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
Upaya
membangun keterampilan personal tersebut selaras dengan perkembagan
kekinian rumpun kajian Organizational Studies (Teori Organisasi,
Perilaku Organisasi, Manajemen SDM, dan Kepemimpinan), yang menemukan
kontekstualisasinya dalam semangat pendekatan human relations.
Organisasi birokrasi publik pun idealnya tidak terlepas dari arah
perkembangan ini. Dalam hal ini, paradigma organisasi
birokratik-weberian yang berkarakter (terlalu) impersonal dan dingin,
mendapatkan tantangan serius dari paradigma post-birokrasi yang lebih
humanis
Kreativitas
penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil
keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah,
termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain,
namum kenyataannya banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak
memperhatikan perilaku pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1.
Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan
pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain
terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
5.
Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila
setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk
mencapai tujuan organisasi.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas masalah :
1. Peran kepemimpinan
2. Hakekat pengambilan keputusan
3. Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran kepemimpinan
2. Untuk mengetahui hakekat dalam pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peran Kepemimpinan
Sebelum
membahas tentang pembagian peran kepemimpinan terlebih dahulu kita akan
memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri.
Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas
sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam
pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi
orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan
sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan pengertian
peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam
posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan
dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Beberapa peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Perencanaan
Seorang
pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan
bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan
organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain:
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b.
Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan –
keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c.
Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi
pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu:
a.
Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek,
pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
b.
Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan
prosedur – prosedur yang diperlukan.
Setiap rencana yang baik akan berisi:
a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b.Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang
pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan
ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami
hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar
organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik
yang kecil maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan
kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik
dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang
menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah
mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi
pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan –
hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua
kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam
rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan.
Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan
keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan.
Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok
tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang
pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi
anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik
terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa
ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan
oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya
diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di
lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan
terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah
berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi
celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk
melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu
menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai
sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan
kepada mereka.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1.
Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan
pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain
terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
5.
Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila
setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk
mencapai tujuan organisasi.
B. Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan
fungsi manajemen.. Misalnya, saat manajer merencanakan, mengelola,
mengontrol, mereka membuat keputusan. Akan tetapi, ahli teori klasik
tidak menjelaskan pengambilan keputusan tersebut secara umum. Pelopor
teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan keputusan
mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak
manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai
pendekatan untuk pengambilan keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori
organisasi modern, analisis awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri
pada Chester Barnard. Dalam The Functions of the Exec Barnard memberikan
analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan menyatakan "Proses
keputusan ... merupakan teknik untuk mempersempit pilihan."
Kebanyakan
pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi dalam beberapa langkah.
Hal ini dapat ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A. Simon,
ahli teori kepufusan dan organisasi yang memenangkan hadiah Nobel, yang
mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan
keputusan:
1.
Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer
"intelligence," Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran
kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
2. Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan analisis masalah.
3. Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia
Berhubungan
dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, menelusuri
keputusan sebenarnya dalam organisasi), adalah langkah pengambilan
keputusan menurut Mintzberg dan koleganya:
1.
Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul
dan diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan
diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang sederhana
tidak.
2.
Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi
standar yang ada untuk mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa
proses desain merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat
keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3.
Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan
seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman
atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang
logis dan sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan
kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali
keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Gambar 1. Tahap Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Menurut Mintzberg
Gambar
1 merangkum tahap pengambilan keputusan berdasarkan penelitian
Mintzberg. Baik terekspresi dalam tahap Simon maupun Mintzberg, terdapat
langkah awal yang dapat diidentifikasi yang menghasilkan aktivitas
pemilihan dalam pengambilan keputusan. Perlu dicatat bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses dinamis, terdapat banyak celah berupa umpan
balik dalam setiap tahap. "Celah umpan balik dapat disebabkan oleh
masalah waktu, politik, ketidaksetujuan antarmanajer, ketidakmampuan
untuk mengidentifikasi alternatif yang tepat atau mengimplementasikan
solusi, pergantian manajer, atau munculnya alternatif baru secara
tiba-tiba. Yang penting adalah pengambilan keputusan merupakan proses
dinamis. Proses dinamis ini mempunyai implikasi perilaku dan strategis
pada organisasi. Penelitian empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses
keputusan yang mencakup pembuatan pilihan strategis menghasilkan
keputusan yang baik dalam organisasi tetapi masih terdapat banyak
masalah, yakni manajer mengambil keputusan yang salah. Kembali ke
peranan dominan yang dimainkan teknologi informasi dalam analisis dan
praktik pengambilan keputusan yang efektif, relevansi studi dan aplikasi
perilaku organisasi ini adalah apa yang disebut perilaku pengambilan
keputusan.
C. Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan
seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung
jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika
seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak
dapat menjadi pemimpin.
Dilain
hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan
karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik
tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi
yang ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam
prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk
kepemimpinan, sehingga:
1.
Teori keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan
menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini
keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
2.
Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data;
manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi
informasi terutama informasi bisnisnya
3. Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan.
1. Proses pengambilan keputusan
Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan
2. Gaya pengambilan keputusan
Selain
proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan.
Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari.
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
1. Cara berpikir, terdiri dari:
a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
2. Toleransi terhadap ambiguitas
a. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas
b. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:
1.
Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas.
Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek
2.
Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas.
Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi
baru
3.
Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi
jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah
4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:
1. Cerna masalah
Sejalan
dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan
tentang tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin
adalah mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah
daripada metode dan cara.
2. Identifikasi alternativ
Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
3. Tentukan proritas
Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.
4. Ambil langkah
Upaya
pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan
berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan
balik.
Pengambilan
keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan.
Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan
keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan.
Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok
tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :
a. Perasaan, firasat atau intuisi
b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional – sistematis.
c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode – metode sebagai berikut:
a. Keputusan–keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.
b.
Keputusan–keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus
menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk
itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
c.
Keputusan–keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi
tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau
majelis.
Keputusan-keputusan
yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut
perhitungan–perhitungan secara teknis agae diambil dengan bantuan
seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan
keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan
fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon, ahli teori keputusan dan
organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses,
pengambilan keputusan:
(1) Aktivitas inteligens
(2) Aktivitas desain
(3) Aktivitas memilih
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg dan koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Tahap identifikasi
(2) Tahap pengembangan
(3) Tahap seleksi.
(1) Aktivitas inteligens
(2) Aktivitas desain
(3) Aktivitas memilih
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg dan koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Tahap identifikasi
(2) Tahap pengembangan
(3) Tahap seleksi.
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar atau sering disebut “people who do the right thing”.
Sementara manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan sesuatu
secara benar atau disebut “people who do things right”. Kepemimpinan
seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung
jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika
seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak
dapat menjadi pemimpin.
Salah
satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin
adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan
dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam
bentuk penghargaan dan insentif. Sebagai sumber inspirasi, seorang
pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan
juga tindakan dan perilaku sehari-hari. Orang berharap seorang pemimpin
yang menunjukkan optimisme, segar, antusias, energik, dan berpikir
positif pada masa depan. Kepemimpinan yang inspiratif memberikan banyak
orang kemampuan untuk menggali makna dan menemukan tujuan hidup.
B. Saran
Hendaknya
pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat
mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepmimpinan sesuai
dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhutungkan
secara matang.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjo Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Uhamka Press.
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Posted by
|
6
komentar
makasiiih.
BalasHapus